Kamis, 01 Mei 2008

PENENTUAN HARGA ASSET PERUSAHAAN

PENENTUAN HARGA ASSET PERUSAHAAN

A. Pendahuluan
Dalam sebuah aktivitas bisnis pasti ada harta benda, harta kekayaan baik itu berupa uang tunai maupun bukan adalah bagian integral dari transaksi bisnis. Kevitalan harta kekayaan dalam bisnis adalah sesuatu yang menjadi fakta dalam dirinya sendiri (self – evident)
Dengan adanya asset tersebut suatu bisnis dapat berjalan lancar, dan tentunya mempunyai tujuan utama yaitu mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Asset riil itu sendiri menghasikan barabg dan jasa, sedangkan asset keuangan menjelaskan alokasi laba atau kekayaan kepada investor.
Keuntungan perusahaan sangat tergantung pada nilai assetnya. Bahwa tanpa adanya tambahan modal dari pemilik, aset perusahaan memiliki nilai yang lebih tinggi pada akhir periode dibandingkan pada awal periode, hal ini akan menghasilkan keuntungan sehingga dapat menambah nilai aset. Akan tetapi, penilaian aset saat ini menghadapi beberapa masalah, terutama penilaian intangibel asset, fixed asset dan sejenisnya.

B. Beberapa model penentuan harga asset perusahaan
1. Discounted cash flow
Didasarkan pada konsep bahwa nilai asset adalah tergantung pada kemampuannya menghasilakan cash-flow masa depan (future cash flow). Akan tetapi, ketika masa depan adalah panjang, maka didalamnya mengandung ketidakpastian dan pertambahan resiko, hal ini adalah penting untuk mengestimasi present value dari stream of cash flow masa depan.
Discount factor pada kondisi yang pasti biasanya menggunakan tingkat bunga tetap yang diasumsikan sama dengan opportunity cost modal yang tertahan dalam asset. Vareabel tingkat bunga dapat juga ditetapkan berbeda untuk setiap tahun. Walaupun diketahui bahwa masa depan adalah tidak tentu, tetapi niali cash-flow yang diharapkan pada masa yang akan datang ditunjukan dengan nilai probabilitas yang dipastikan, probabilitas ini ditentukan dengan sangat subyektif dalam situasi yang tidak tentu.
Teknik disconted cash flow didasarkan pada konsep time value of money. Kosep ini menyatakan bahwa utilitas uang saat ini lebih tinggi dibandingkan dengan utilitasnya untuk uang yang sama pada waktu yang akan datang. Konsep ini sangat populer menjustifikasi bunga atas modal yang dipinjam.
Konsep nilai waktu uang beranggapan bahwa "perusahaan mampu melakukan ekspansi yang tak terbatas pada masa yang akan datang tanpa invalidating model. Metode yang hanya menerapkan faktor waktu dan aliran kas yang diharapkann maka semua faktor ekonomi, teknologi, politik dan sosial lainnya adalah diabaikan.
Inilah salah satu kesulitan-kesulitan praktis dalam menggunakan metode ini. Metode discount cash flow adalah didasarkan pada konsep nilai waktu uang, yang seringkali digunakan sebagai legitimasi bunga. Konsep ini memiliki kesulitan rasional dan juga melanggar syari'ah yang melarang adanya bunga.
2. Current cash equevalent
Syariah islam memberikan dukungan terhadap sistem penilaian yang baik untuk semua tujuan atau pihak, apakah pihak pemegang saham, pemerintah, investor maupun masyarakat umum. Konsep ini menerima dasar yang sama dalam menilai asset dengan dasar perhitungan zakat. Untuk menghitung zakat atas asset (kekayaan), disetujui dengan menggunakan dasar net realizable value.
Metode current cash equevalent menyatakan bahwa asset perusahaan akan dievaluasi menurut setara kas, berdasrkan likuiditas dan kondisi kuota harga pasar untuk barang yang tidak dijual.
Akan tetapi metode ini memiliki satu keterbatasan yang serius, yaitu metode ini mengeluarkan asset yang tidak memiliki nilai pasar, aset yang tidak berwujud atau sarana khusus yang tidak dijual.
Jika mengadopsi metode penilaian current cash equevalent atas asset, penentuan keuntungan menjadi simple dan obyektif. Laba atau rugi dalam kerangka ini berarti suatu tambahan atau pengurangan dalam current cash equevalent atas asset pada akhir periode akuntansi.

C. Kesimpulan
Metode ini pula yang menjaga pertentangan dalam akuntansi konvensional dalam memaknai nilai asset bersih, yaitu; apakah pertambahannya harus diukur dalam terma keuangan atau kapasitas produksi fisik.
Daya beli yang bisa saja terjadi penjualan asset ketika dalam masa likuidasi yang harganya mungkin dipengaruhi harga pasar, dimana harga pasar itu disesuaikan dengan jelas dan keadaanya.

D. Daftar Pustaka
Ahmad, Dr. Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam, jakarta: al-kautsar, 2006.
Muhammad, Pengantar Akuntansi syariah, Jakarta: salemba empat, 2002
Muhammad,Dr. Teori Penilaian dalam akuntansi Syariah, (STEI Yogyakarta)

2 komentar:

HIPSI JAWA TENGAH mengatakan...

Artikel bagus lanjutkan....

Anonim mengatakan...

Makasih penjelasan tentang aset perusahaannya....